
Dalam sepak bola Asia, terutama Tiongkok, gak banyak striker muda yang sempat bener-bener merantau ke luar negeri dan tetap survive. Tapi Zhang Yuning adalah salah satu dari sedikit nama yang berani keluar dari zona nyaman, dan pengalaman itu bikin dia matang jauh lebih cepat.
Dia bukan pemain yang hype-nya doang gede, tapi punya performa yang mulai konsisten — terutama sejak balik dari Eropa. Dan yang menarik, Zhang Yuning adalah tipe striker yang lengkap: fisik oke, teknik solid, dan naluri golnya makin tajam tiap musim.
Awal Karier: Produk Akademi Hangzhou, Langsung Tancap Gas
Zhang Yuning lahir 5 Januari 1997 di Wenzhou, Tiongkok. Dia memulai karier di akademi Hangzhou Greentown, salah satu sistem youth terbaik di negara itu.
Dan sejak awal, pelatih-pelatih udah lihat sesuatu yang beda:
- Badan tinggi besar (1,86m), tapi lincah
- Punya first touch yang jarang dimiliki striker lokal
- Gak takut duel fisik meski masih muda
- Finishing kanan-kiri yang rapi
Gak butuh waktu lama, Zhang Yuning promosi ke tim utama saat baru 17 tahun. Tapi yang bikin dia makin menarik perhatian adalah langkah berani ke luar negeri.
Merantau ke Eropa: Vitesse & Werder Bremen
Tahun 2015, di usia 18, Zhang Yuning gabung klub Eredivisie Belanda, Vitesse Arnhem. Di sana, dia gak langsung jadi starter, tapi dilatih dengan sistem Eropa yang keras dan disiplin.
Statistik di Vitesse:
- Main di Eredivisie & KNVB Cup
- Cetak beberapa gol penting
- Jadi pemain Asia termuda yang cetak gol di Eredivisie saat itu
- Dikenal punya fisik kuat dan bisa jadi pelapis striker utama
Sayangnya, waktu pindah ke West Bromwich Albion (Inggris) tahun 2017, dia gagal dapet izin kerja. Akhirnya langsung dipinjamkan ke Werder Bremen (Jerman), tapi menit bermainnya sangat terbatas karena persaingan yang ketat.
Walau minim jam terbang, pengalaman latihan di Jerman tetap ngasih bekal berharga buat Zhang — terutama soal tempo permainan dan sistem pressing.
Balik ke Tiongkok: Kebangkitan di Beijing Guoan
Tahun 2019, Zhang Yuning balik ke Liga Super Tiongkok dan gabung Beijing Guoan, salah satu klub paling ambisius dan profesional di negeri Tirai Bambu.
Dan sejak itu… boom.
Zhang Yuning mulai nunjukin bahwa dia bukan lagi “anak muda yang belajar,” tapi udah jadi:
- Striker utama klub
- Pemain lokal dengan kontribusi gol tertinggi
- Andalan tim nasional
- Lebih confident, lebih dewasa, lebih tajam
Statistiknya terus naik:
- Cetak 10–15 gol per musim di liga
- Rajin kasih assist — bukan striker egois
- Kombinasi bagus dengan pemain asing seperti Cedric Bakambu dan Renato Augusto
- Salah satu pemain dengan minutes-per-goal paling efisien di antara pemain lokal
Gaya Main: Target Man Modern + Teknik Eropa
Zhang Yuning punya body striker klasik tapi mainnya gak kaku. Dia bisa:
- Tahan bola buat support lini kedua
- Ikut pressing tinggi
- Finishing kaki kanan, kiri, dan kepala oke
- Jago positioning — tau kapan nempel bek, kapan kabur dari marking
- Kadang mundur buat build-up
- Tipe striker yang gak cuma nunggu bola manja
Dan yang penting: mental dia tahan banting. Sempat gagal di Eropa, tapi gak down. Malah balik lebih kuat.
Timnas Tiongkok: Dari Wonderkid ke Ujung Tombak
Di level internasional, Zhang Yuning udah tampil dari U-20, U-23, sampai timnas senior. Sejak debut di timnas utama tahun 2015, dia:
- Cetak beberapa gol penting di kualifikasi Piala Dunia
- Jadi starter di turnamen regional seperti EAFF Championship & AFC Asian Cup
- Dipuji karena bisa fight lawan bek-bek Asia Barat yang kuat
- Punya chemistry bagus dengan gelandang serang seperti Wu Lei atau Dai Wai Tsun
Dan di tengah krisis striker lokal, Zhang jadi harapan utama pelatih Tiongkok. Saat penyerang naturalisasi sempat flop, nama dia tetap konsisten jadi starter.
Karakter: Kalem, Fokus, dan Serius
Lo jarang lihat Zhang Yuning bikin gimmick aneh. Dia:
- Gak aktif nyari spotlight di media sosial
- Fokus ke performa dan latihan
- Dikenal rendah hati dan disiplin
- Banyak dipuji oleh pelatih asing karena attitude profesional
Dia juga nggak mau bawa mental “bintang lokal” ke latihan. Justru, dia terus belajar dari pemain asing dan pelatih luar yang datang ke Liga Super Tiongkok.
Masih Punya Potensi Main di Luar Lagi?
Ini pertanyaan yang sering muncul. Karena usianya sekarang masih 28 tahun, banyak yang berharap dia bisa balik ke Eropa atau Asia Timur (J.League, K.League).
Secara skill dan fisik, dia masih layak. Tapi:
- Gajinya di Liga Tiongkok tinggi — jadi banyak klub luar kesulitan bayar
- Liga lokal makin kompetitif — dia nyaman di Beijing Guoan
- Fokus dia sekarang lebih ke kontribusi di timnas dan bantu reformasi sepak bola lokal
Tapi siapa tahu? Masih ada waktu buat comeback kedua. Dengan pengalaman dan kematangan yang dia punya sekarang, versi Eropa 2.0 bisa lebih sukses.
Legacy: Simbol Harapan Lokal di Era Naturalisasi
Zhang Yuning muncul di era di mana Tiongkok sempat banyak andalkan pemain naturalisasi (Elkeson, Alan, Fernando). Tapi fans tetap punya soft spot ke pemain lokal yang bisa naik karena kerja keras sendiri.
Dan Zhang adalah simbol itu.
Dia bukan bintang instan. Tapi hasil dari:
- Berani ambil risiko ke luar negeri
- Bangkit dari keterbatasan jam terbang
- Konsisten performa di klub
- Setia sama timnas meskipun sempat cedera dan under pressure
Penutup: Zhang Yuning Adalah Bukti Kalau Pemain Lokal Bisa Bersinar Kalau Dikasih Waktu dan Kepercayaan
Dia bukan pemain yang langsung viral atau dihujani gol tiap musim. Tapi dia berkembang dengan pelan tapi pasti. Dari akademi, ke Eropa, gagal, balik, dan bangkit. Dan sekarang?
Dia striker lokal paling konsisten di Liga Tiongkok.
Kalau Tiongkok bisa tembus turnamen besar lagi, besar kemungkinan nama Zhang Yuning bakal ada di starting eleven. Karena dia bukan cuma “harapan,” tapi udah jadi fondasi serangan.